Oleh Reza A.A Wattimena Banyak orang cerdas di dunia ini. Mereka tersebar di berbagai tempat. Mereka dilahirkan dengan kemampuan intelektual yang tinggi. Di banyak tempat, kecerdasan intelektual semacam ini dikagumi dan dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Hidup yang Mulus Mereka mungkin pandai menghitung. Matematika dan fisika bukanlah sesuatu yang sulit bagi mereka. Teknik dan komputer pun dengan mudah mereka kuasai. Sekolah bukanlah sesuatu yang sulit untuk dikerjakan. Mereka juga bisa pandai menghafal. Beberapa bahkan memiliki ingatan fotografik. Mereka mampu mengingat secara persis apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Ujian-ujian sekolah dan universitas pun dengan mudah dikerjakan secara sempurna. Orang-orang cerdas ini biasanya mempunyai pendidikan tinggi. Walaupun lahir dari keluarga miskin, kesempatan mereka untuk mendapatkan beasiswa cukup tinggi. Mereka biasanya bergelar master atau doktor dari institusi pendidikan ternama. Beberapa bahkan
Oleh Reza A.A Wattimena Berbicara soal ideologi memang rumit. Di satu sisi, ia dianggap sebagai dasar dari sebuah kelompok, termasuk dasar filosofis, tata nilai dan tata kelola hidup sehari-hari. Di sisi lain, ideologi adalah kesadaran palsu yang terwujud di dalam kesalahan berpikir tentang dunia. Ideologi seolah kebal kritik, dan bisa digunakan untuk melenyapkan orang-orang yang berbeda pandangan. Kedua paham tersebut tak bebas dari kemunafikan. Seringkali, keduanya merupakan wujud nyata dari kemunafikan itu sendiri. Ketika kata-kata indah jauh dari tindakan nyata, kemunafikan lalu tak terhindarkan. Ia bagaikan bau menyengat yang menganggu hidung orang-orang waras. Mungkin memang hidup manusia tak pernah lepas dari kemunafikan. Soalnya lalu bukan terbebas sama sekali, tetapi soal kadar kemunafikan yang ada. Ketika ketelanjangan kemunafikan tak lagi bisa ditutupi, rasa muak muncul di dalam perut kolektif masyarakat. Adakah politik yang bebas kemunafikan? Jawabannya, sep